DetakDetik.com | Tak jauh dari Kantor Bupati Agam, tepatnya di Dusun Koto Batu Jorong VI Parit Panjang, Kenagarian Lubuk Basung, hidup seorang remaja bernama Ferdiansyah. Usianya baru 14 tahun, namun cobaan hidup yang ia hadapi jauh melebihi usianya.
Ferdi diduga mengidap penyakit hidrosefalus, kondisi medis serius yang menyebabkan penumpukan cairan di otak, menimbulkan pembengkakan kepala, serta nyeri hebat yang kerap datang saat demam melanda.
Akibat penyakit ini, Ferdi kehilangan penglihatannya, tidak dapat berjalan, dan hanya bisa terbaring lemah. Namun, ada satu hal yang tetap menyala di dalam dirinya semangat dan senyuman.
Setiap orang yang datang mengajaknya bicara, akan disambut dengan keramahan dan canda tawa kecil dari bibir mungilnya.
Ferdi adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Sejak bayi, kehidupannya telah dipenuhi luka. Saat usianya baru 7 bulan, kedua orang tuanya bercerai.
Ia kemudian diasuh oleh neneknya, yang menjadi satu-satunya tempat bergantung. Namun, dua bulan lalu, sang nenek meninggal dunia, meninggalkan Ferdi seorang diri dalam sakitnya.
Ibunya, Keni Replita Novia Santi (32), yang sebelumnya merantau ke Teluk Kuantan, akhirnya pulang ke kampung halaman setelah sang nenek satu-satunya pengasuh Ferdi meninggal dunia dua bulan lalu. Kini, ia tinggal bersama Ferdi, berjuang menjalani hari-hari dengan kondisi ekonomi yang sangat terbatas.
“Setiap malam saya hanya bisa berdoa, semoga Ferdi tidak kesakitan. Saya tak sanggup melihat dia menggigit bibir menahan sakit kepala setiap kali demam datang,” ucap Keni lirih, Rabu (30/4).
Keni mengakui bahwa hidupnya belum stabil sejak kembali ke kampung. Ia belum memiliki pekerjaan tetap, sementara kebutuhan pengobatan Ferdi terus berjalan.
“Saat ini ekonomi kami belum pulih. Untuk makan saja kadang pas-pasan, apalagi untuk biaya pengobatan Ferdi. Saya hanya bisa berharap, ada yang peduli. Kami sangat membutuhkan bantuan,” katanya.
Rifal (30), paman Ferdi, mengenang bahwa perhatian dari tokoh publik sempat hadir, meski hanya sebentar.
“Dulu Pak John Kenedy Aziz pernah datang melihat kondisi Ferdi, waktu beliau masih mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI. Sekarang beliau sudah menjabat sebagai Bupati Padang Pariaman,” tutur Rifal.
Namun, harapan mereka pun kini tertuju pada Pemerintah Kabupaten Agam, daerah tempat Ferdi dan keluarganya tinggal.
“Kami ini orang kecil. Hidup seadanya, penghasilan tidak menentu. Kalau bukan pemerintah yang bantu, siapa lagi? Kami hanya bisa berharap ada yang peduli,” ucap Rifal dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Ferdi memang hanya bisa terbaring, tapi semangatnya seolah tetap tegak berdiri. Ia suka diajak mengobrol, tertawa kecil, dan tak pernah mengeluh. Ia adalah potret ketegaran yang membungkam sakit, harapan yang melawan keterbatasan.
Ferdiansyah tidak meminta banyak. Ia hanya ingin sembuh. Atau setidaknya, bisa hidup tanpa rasa sakit yang mendera setiap hari. Sebuah permintaan sederhana yang semestinya bisa dijawab oleh nurani siapa pun yang masih peduli. (ANZ)