Berita  

Gerak Cepat Disdukcapil Agam, Menyalakan Harapan Detek dan Nian dari Sudut Garagahan

banner 120x600

DetakDetik.com | Di sebuah sudut sunyi Nagari Garagahan, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, sepasang lansia menggantungkan hidup dari sisa rezeki alam.

Detek (65) dan istrinya, Sumiarti, yang akrab disapa Nian (58), bertahun-tahun berjalan beriringan, mengais kelapa, pinang jatuh dan menjemput serpihan penghidupan dari ladang orang.

Namun bukan hanya rezeki yang jauh dari mereka, bahkan secarik kartu identitas pun tak mereka miliki.

Tanpa KTP, Detek dan Nian bukan sekadar tak terdata, mereka seakan terhapus dari perhatian negara. Tak tercatat, tak terbantu, tak terdengar.

Hingga akhirnya, kabar pilu mereka terbawa angin ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Agam. Dan dari sanalah, sebuah gerak cepat lahir, tanpa ragu, tanpa menunda.

Kepala Disdukcapil Agam, Helton, SH, bersama timnya, turun langsung menembus dusun, mengusung program JEBOL (Jemput Bola), sebuah janji bahwa negara hadir, bahkan untuk yang paling terpinggirkan.

“Kami tak ingin satu pun warga hilang dari haknya. Kami datang bukan sekadar membawa alat perekaman, kami membawa pengakuan bahwa mereka ada,” kata Helton dengan mata berkaca.

Perekaman berlangsung di rumah sederhana milik Detek dan Nian. Tak ada podium, tak ada seremoni. Hanya sebuah kursi kayu tua, kamera kecil, dan mata-mata yang basah oleh rasa syukur.

Dalam beberapa menit, data diri mereka yang hilang sekian lama, kembali berjejak dalam sistem negara.

Yusmawarti, kerabat yang selama ini setia membantu, tak kuasa menahan haru.

“Mereka sering hanya makan apa adanya. Tanpa KTP, kami hanya bisa pasrah. Tapi hari ini, rasanya seperti dunia mereka dibuka lagi,” bisiknya.

Tak berhenti di situ, pihak Pemerintah Nagari berjanji akan memasukkan Detek dan Nian ke Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar mereka layak mendapat bantuan lebih berkelanjutan.

“Mereka dulu menolak direkam karena susah berkomunikasi. Tapi dengan kesabaran, akhirnya hati mereka terbuka,” ungkap Wali Nagari Garagahan, Darmalion.

Program JEBOL sendiri lahir dari tekad: tidak ada jarak terlalu jauh, tidak ada malam terlalu larut untuk memperjuangkan identitas rakyat.

Helton menegaskan, jika ada warga yang terhalang datang ke kantor Dukcapil, cukup laporkan, mereka akan datang.

“Kami bergerak untuk mereka yang tak mampu melangkah. Karena pemerintah, sejatinya, harus hadir tanpa syarat,” pungkas Helton.

Kini, sepasang kaki renta itu tak lagi berjalan tanpa nama. Mereka kini punya KTP. Mereka kembali diakui. Mereka kembali ada.

Di ujung ladang yang sunyi, tempat kelapa jatuh menjadi saksi bisu, kini tumbuh harapan baru tentang kehidupan yang lebih manusiawi, tentang masa depan yang akhirnya bersinar. (Anizur)