Harga Kelapa Naik, Pedagang dan Konsumen Menjerit, Petani Bahagia

banner 120x600

DetakDetik.com | Harga kelapa di berbagai daerah di Indonesia mengalami lonjakan tajam dalam beberapa bulan terakhir. Fenomena ini turut dirasakan di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, khususnya di pasar-pasar tradisional di Kecamatan Lubuk Basung seperti Pasar Serikat Garagahan Lubuk Basung, Balai Salasa, Balai Sabtu Simpang Gudang dan Pasar Terminal Lubuk Basung.

Saat ini, harga kelapa utuh mengalami lonjakan signifikan. Untuk ukuran kecil, kelapa dijual di pasar seharga Rp7.000 hingga Rp8.000 per butir, sementara kelapa ukuran besar dibanderol Rp9.000 hingga Rp10.000 per butir.

Di sisi lain, petani hanya menjual kelapa ukuran kecil seharga Rp3.500 hingga Rp4.500 per butir, sedangkan kelapa ukuran besar dilepas dengan harga Rp6.000 hingga Rp7.000 per butir.

Selain harganya yang relatif terjangkau, kelapa asal Lubuk Basung juga dikenal memiliki santan yang kental, menjadikannya pilihan utama bagi konsumen maupun pelaku usaha di bidang kuliner.

Meskipun terjadi kenaikan, harga kelapa di Lubuk Basung masih jauh lebih murah dibandingkan dengan harga di Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Hal ini menjadikan Lubuk Basung sebagai salah satu daerah pemasok utama bagi wilayah sekitarnya.

Kenaikan harga dipicu oleh berkurangnya pasokan dari petani serta meningkatnya permintaan dari rumah tangga dan industri makanan, termasuk untuk kebutuhan luar daerah.

Para pedagang mengaku kesulitan menghadapi kondisi ini. Mereka tidak hanya kerepotan mencari pasokan kelapa, tetapi juga harus menghadapi keluhan konsumen yang menolak harga baru yang jauh lebih tinggi.

“Kami susah dapat kelapa sekarang. Kalaupun ada, harganya sudah tinggi dari petani. Pelanggan pun banyak yang protes,” ungkap seorang pedagang di Pasar Balai Salasa, Selasa (29/4/2025).

Sementara itu, konsumen berharap agar pemerintah segera turun tangan mengendalikan harga. Kelapa dianggap sebagai bahan pokok penting, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun sebagai bahan baku usaha kecil dan menengah.

Di sisi lain, petani kelapa menyambut gembira lonjakan harga ini. Mereka merasa dihargai dan memperoleh hasil lebih dari kerja keras selama ini. Kenaikan harga kelapa dinilai sebagai berkah yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Namun, sejak harga kelapa melambung, para petani juga mengeluhkan maraknya aksi pencurian kelapa di kebun-kebun mereka. Kondisi ini menyebabkan hasil panen berkurang dan menimbulkan keresahan di kalangan petani.

“Alhamdulillah, sekarang harga naik. Ini rezeki untuk kami. Namun begitu, aksi pencurian juga marak, sehingga hasil panen berkurang. Semoga ke depan semuanya berjalan lebih baik,” ujar Fadil salah satu petani kelapa di Manggopoh.

Situasi ini menciptakan dinamika yang berbeda di setiap mata rantai distribusi kelapa. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah strategis agar semua pihak, baik petani, pedagang, maupun konsumen, dapat merasakan manfaat yang adil dan seimbang. (Anz)