Detik-detik.com |Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Sumatera Barat sejak awal tahun 2025 terus menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi masyarakat Kampung Pinang, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam.
Akibat hujan deras yang terjadi pada 23 Januari lalu, Sungai Batang Sitalang mengalami erosi hebat yang mengakibatkan abrasi di sepanjang alirannya. Akibatnya, sekitar 10 hektare lahan pertanian yang terdiri dari sawah dan kebun milik warga rusak dan terancam hilang.
Pemerintah Nagari Kampung Pinang telah mengambil langkah dengan mengajukan permohonan resmi kepada Bupati Agam untuk segera menindaklanjuti dampak bencana ini. Permohonan tersebut dikirim melalui surat nomor 100/15/Pem-NKP/IV/2025, dengan tembusan kepada Kepala BPBD Kabupaten Agam.
Dalam surat yang ditandatangani oleh Wali Nagari Kampung Pinang, Roni, S.AP., disebutkan bahwa Pemerintah Nagari sangat mengkhawatirkan dampak lanjutan dari abrasi ini. Mereka meminta agar Pemerintah Kabupaten Agam segera mengambil tindakan untuk mengatasi kerusakan dan mencegah bencana lebih besar di masa depan.
“Masyarakat sangat bergantung pada pertanian. Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa penanganan, ketahanan ekonomi serta keselamatan warga akan terancam,” ujar Ronis.
Kekhawatiran masyarakat setempat semakin besar seiring belum adanya tindakan nyata di lapangan. Enal Efrianto, salah seorang petani, mengaku cemas sawah yang menjadi sumber penghidupannya kembali terendam banjir jika hujan lebat mengguyur.
“Kalau hujan lebat turun, saya khawatir sawah ini bakal tergenang lagi atau bisa saja hilang. Airnya bisa merusak tanaman padi yang sudah mulai menguning. Takut gagal panen kami nanti,” ujar Enal saat ditemui di pinggir sawahnya, Jumat (25/4/2025).
Menurut Enal, banjir yang merusak lahan pertanian warga mulai terjadi sejak Januari, saat air Sungai Batang Sitalang meluap dan membanjiri areal pertanian.
Wali Nagari Kampung Pinang, Roni, S.AP., membenarkan bahwa sekitar 10 hektare lahan warga terdampak akibat meluapnya sungai. Ia menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama adalah terjadinya erosi pada dinding aliran sungai, yang menyebabkan aliran air menyimpang dan menggenangi lahan pertanian.
“Erosi di sepanjang aliran Sungai Batang Sitalang membuat sungai tidak mampu menahan debit air saat hujan deras. Akibatnya, air meluap dan merendam sawah serta kebun masyarakat,” jelasnya.
Melihat kondisi ini, pihak Nagari telah berinisiatif menyurati Pemerintah Kabupaten Agam. Mereka berharap ada tindak lanjut seperti pembangunan bronjong atau penguatan tebing sungai untuk mengendalikan erosi dan mencegah banjir yang lebih besar.
“Kami sudah mengirimkan surat kepada pihak terkait, berharap ada upaya nyata untuk mencegah banjir yang dikhawatirkan warga,” tambah Roni.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak BPBD Agam terkait langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi masalah tersebut. Masyarakat berharap respon cepat dari pemerintah agar bencana yang lebih besar bisa dicegah. (**)