Agam  

Tragedi di Sungai Masang Kiri: Pemanen Sawit Diduga Tewas Diterkam Buaya

banner 120x600

DetakDetik.com | Matahari belum tinggi saat kabar duka menyelimuti Jorong Puduang, Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam. Syamsul Bahri (40), buruh sawit asal Simpang Tigo Pilubang, ditemukan tewas di Sungai Batang Masang Kiri, Rabu (7/5/2025) sekitar pukul 10.30 WIB.

Jasad Syamsul ditemukan dalam kondisi tidak utuh di Lubuk Batu Hitam, sekitar 4,8 kilometer dari titik awal ia dilaporkan hilang. Diduga kuat, ia menjadi korban keganasan buaya saat mencoba menyeberangi sungai demi mengangkut hasil panen sawit dari seberang.

Hari itu, Senin 5 Mei 2025, sekitar pukul 14.00 WIB, Syamsul pamit dari rumah menuju kebun sawitnya di Parak, sejauh tiga kilometer dari rumahnya. Ia membawa tas dan sepeda motor seperti biasa.

Namun, hingga petang, Syamsul tak juga kembali. Sekitar pukul 16.00 WIB, warga terakhir kali melihatnya menyeberangi sungai menggunakan tali. Sungai itu dikenal sebagai habitat buaya, namun entah mengapa ia tetap nekat melintasinya.

“Syamsul sempat terlihat menyeberangi sungai dan makan di dekat lokasi ditemukannya kendaraannya,” ujar Wali Nagari Bawan, Arif Eka Putra.

Menurut Arif Eka Putra, karena tak kunjung pulang, keluarga dan warga mulai cemas. Selasa sore (6/5/2025), laporan kehilangan disampaikan ke pihaknya dan Kecamatan Ampek Nagari, lalu diteruskan ke BPBD Kabupaten Agam.

Pencarian pun dilakukan malam itu juga oleh tim gabungan yang terdiri dari BPBD Kabupaten Agam, Basarnas Pos Pasaman, 4 personel TNI dari Koramil 03/Lubuk Basung, Polsek Bawan, PMI, serta warga setempat. Dengan menggunakan tiga perahu, mereka menyisir aliran sungai dari hulu hingga hilir.

Upaya itu baru membuahkan hasil keesokan paginya, jasad Syamsul ditemukan, Rabu (7/5/2025) pukul 10.50 WIB.

Kematian Syamsul meninggalkan luka mendalam, terutama bagi keluarganya. Ia meninggalkan seorang istri dan tujuh anak. Anak bungsunya baru berusia setahun, sementara yang tertua masih duduk di bangku kelas 2 SMA.

“Dia orang baik, pekerja keras. Memang hidupnya sulit, tapi dia selalu mengutamakan keluarga,” tutur salah satu tetangga dengan mata berkaca.

Sebagai buruh panen sawit, Syamsul menjalani hidup dengan kerja keras. Pendapatan yang terbatas membuatnya harus memilih jalur cepat, meski berisiko, demi mengangkut hasil panen dan menafkahi keluarganya.

Wali Nagari Bawan, Arif Eka Putra, mengimbau warga untuk tidak lagi beraktivitas di sekitar Sungai Masang Kiri, apalagi nekat menyeberanginya.

Ia menyarankan agar warga memilih jalur yang lebih aman, seperti jembatan atau rajang yang tersedia, meskipun jaraknya lebih jauh.

“Keselamatan lebih penting. Kami minta warga tidak lagi mengambil risiko dengan menyeberang sungai di titik-titik rawan. Sungai ini habitat buaya, dan peristiwa ini menjadi pelajaran pahit bagi kita semua,” tegas Arif.

Kisah Syamsul Bahri kini tinggal kenangan. Ia bukan tokoh besar, namun dalam keluarga dan komunitas kecilnya, ia adalah segalanya. Kepergiannya menjadi potret getir tentang kerasnya perjuangan hidup, di mana demi sesuap nasi, nyawa pun bisa jadi taruhan. (Aniz)