DetakDetik.com | Program unggulan Pemerintah Kabupaten Agam bertajuk Sawah Pokok Murah (SPM) mengalami kegagalan pada tahap implementasi di Nagari Padang Laweh, Kecamatan Sungai Puar. Padi yang ditanam dalam skema inovasi pertanian berbasis jerami ini tak tumbuh sebagaimana harapan. Namun, Wali Nagari Padang Laweh menyebut faktor cuaca sebagai penyebab utama kegagalan.
Menurut Wali Nagari Padang Laweh, Hendri, kondisi lahan pertanian yang digunakan untuk program SPM merupakan sawah tadah hujan yang sangat bergantung pada curah hujan. Sayangnya, dalam beberapa bulan terakhir, wilayah tersebut dilanda kekeringan akibat minimnya hujan.
“Perlu kami luruskan, sawah yang digunakan untuk program ini adalah sawah tadah hujan. Sejak beberapa bulan terakhir, hujan sangat jarang turun. Tanah kering dan keras, menyebabkan bibit tidak tumbuh,” ujar Hendri kepada DetakDetik.com, Selasa (22/7/2025).
Walinagari Padang Laweh menambahkan bahwa program SPM yang menggunakan metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) sebenarnya memiliki potensi, namun tidak cocok diterapkan di sawah yang tidak memiliki irigasi teknis.
“Kalau di tempat lain yang irigasinya bagus, mungkin metode ini berhasil. Tapi di Padang Laweh, tanpa air yang cukup, hasilnya memang nihil. Bukan semata-mata salah metode, tapi kondisi alam tidak mendukung,” jelasnya.
Program Sawah Pokok Murah diluncurkan oleh Pemkab Agam sebagai langkah efisiensi biaya produksi pangan dengan memanfaatkan jerami panen sebagai pupuk alami.
Namun kegagalan di Padang Laweh menjadi catatan penting bahwa inovasi pertanian tidak bisa diimplementasikan secara seragam tanpa mempertimbangkan kondisi lokal, terutama ketersediaan air.
Pemerintah Kabupaten Agam hingga kini belum memberikan pernyataan resmi terkait hasil evaluasi program tersebut di Padang Laweh. Namun berbagai pihak mendorong adanya perbaikan pendekatan dan lebih banyak keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan. (ANZ)














